Rabu, 01 April 2015

Laga Bulan Mei 2014

Laga Bulan Mei 2014
Seorang pemain muda dalam radar klub besar. Tim tersebut membutuhkan punggawa baru. Hal ini dikarenakan kepindahan salah satu pemain andalan mereka di tahun yang sama. Pemain pengganti dalam sektor sayap memang dibutuhkan klub saat ini, untuk mengembangkan permainan dan kreasi daya serang. Mengingat persaingan kompetisi semakin ketat dan yang utama adalah target finish diposisi seapik mungkin. Pada akhirnya klub tersebut mendatangkan pemain muda dengan status bebas transfer dengan tujuan menambal kekosongan lini sayap mereka.
Ya, klub itu bernama ALMADANI, dan pemain muda itu saya. Sama seperti pemain dalam pertandingan, semua bermain apik dan cantik. Menciptakan goal untuk kemenangan. Kami semua bersemangat menjalani setiap pertandingan, menghadirkan pelbagai program kerja dan aktifasi digital menarik untuk disajikan. Namun, lagi-lagi peluit pertandingan sudah ditiup, hasil pun sudah didapat.
Kami yang masih bersemangat untuk menghadapi pertandingan lainnya ternyata harus menerima kenyataan bahwa langkah kami harus terhenti. Gol atau tidak hanya para pemirsa yang bisa menilainya. Kami yakin terus bermain dengan maksimal dan sangat apik untuk selalu membangun serangan serta mengincar gol demi gol.

Saya dan Klub Besar Ini
Bergabung pada Mei 2014 sebagai digital strategist ALMADANI merupakan sebuah tantangan. Berkenalan dengan pemain-pemain di klub ini menjadi sebuah kesenangan. Sempat terucap… “oooh (beg)ini toh para pemain dibalik lembaran lapangan tiap harinya”. Saya ditempatkan di posisi sayap yang bertujuan untuk mengembangkan permainan ALMADANI agar bermain lebih terbuka dalam menjawab tantangan lawan (dunia digital). Beragam campaign, digital activation dan social media activation dicipta-kembangkan untuk mengembangkan permainan klub. Namun saya (merasa) bermain terlalu singkat, dikarenakan peluit pertandingan telah ditiup.
Klub ini menjadi tempat berlatih saya, tempat bertemu dengan pelatih yang berkompeten dan kesempatan untuk bermain bersama pemain berbakat dalam posisinya masing-masing. Mereka yang mampu membangun sebuah permainan diatas lembaran kertas dengan cara mereka sendiri, mereka yang bergerak tanpa menunggu perintah pelatih, mereka yang bermain cantik dan mereka yang menciptakan peluang terciptanya goal. Terima kasih untuk semua pengalaman ini.
Ya, peluit memang sudah dibunyikan, pertandingan pun telah usai. Namun, semangat bermain dan harmonisasi permainan tak akan pernah hilang. Mereka yang mengajarkan saya untuk berpindah posisi tanpa disuruh, memberi tanpa diminta, dan menghadirkan peluang untuk menciptakan sebuah goal.
Pada akhirnya, saya menarik sebuah kesimpulan. Kendati tak ada yang abadi, kenangan tak pernah mati. In some matches, there’s an injury time. Tentu, saya masih menyimpan harapan besar bahwa dibalik peluit akhir yang sudah dibunyikan ini akan ada sebuah “extra time” yang lain. Dengan susunan formasi yang sama.


Ricky Dwi Bintanio
1 April 2015, Pekanbaru

Senin, 10 Februari 2014

Bukan Sekedar Dibaca!


Ohayou Gozaimasu Minna!! Wohoo udah nyaris satu semester berada di perantauan, tentunya udah banyak juga kisah yang dilalui. Yaa berhubung masih dalam susasana libur perkuliahan, nggak ada salahnya dong kalau saya nyeritain apa-apa yang udah saya lalui selama hampir setengah abad tahun di perantauan. hehehe :D

Saya awali postingan ini dengan perkenalan diri. Ricky Dwi Bintanio, demikian nama yang diberikan orang tua saya 18 tahun silam. Saya berasal dari Tanjungpinang, sebuah ibukota di Provinsi Kepulauan Riau. Saat ini saya menetap di Pekanbaru, Kota berkuah bertuah tempat saya menimba ilmu di bangku kuliah.

Tahun ini adalah tahun pertama saya sebagai Mahasiswa di Universitas Riau (UR). Adapun program studi yang saya ikuti selama satu semester ini adalah Program Sarjana (S1) Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Adapun alasan saya memilih jurusan ini, sebab menurut saya lulusan sosiologi memiliki peluang yang cukup besar dalam mendapatkan pekerjaan—baik swasta maupun pemerintah. Selain itu, saya menjatuhkan pilihan di jurusan tersebut karena terinspirasi dari artikel sebuah blog yang memaparkan betapa asyiknya menjadi seorang sosiolog.

Menjadi seorang sosiolog merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan. Setiap hari kita akan menemukan harta karun hal-hal baru sebab di era globalisasi sekarang ini sering sekali kita melihat fenomena-fenomena sosial yang menuntut kita untuk peka dan kritis terhadap fenomena tersebut. Selain dituntut untuk peka dan kritis terhadap fenomena global, menjadi seorang sosiolog juga harus dibarengi dengan kepribadian yang sociable. Sebab dengan memiliki kepribadian sociable kita bisa terus menjaga interaksi sesama manusia karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang membutuhkan interaksi. Hal lain yang membuat saya tertarik dengan jurusan sosiologi ialah bahwasanya Pemerintah daerah dan sejumlah departemen seringkali membutuhkan disiplin sosiologi  untuk mempelajari kondisi dan kebutuhan masyarakat. Beberapa hal tersebutlah yang kemudian membuat saya tertarik. 

Pada kuliah semester pertama (2013), kecintaan saya di dunia sosial pun saya salurkan dengan bergabung di sebuah organisasi kemahasiswaan seperti BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) khususnya di Dinas Sosial dan Politik meskipun untuk mahasiswa semester satu baru menyandang sebagai tim aktif (magang), LSMI (Lembaga Studi Mahasiswa Islam) Almadani FISIP UR pada bidang syiar sebagai tim aktif (magang), kemudian IMS (Ikatan Mahasiswa Sosiologi), sebuah Himpunan Mahasiswa jurusan Sosiologi di Universitas Riau (UR) untuk bidang sosial, serta IMTA (Ikatan Mahasiswa Tanjungpinang), sebuah organisasi kemahasiswaan yang terdiri dari Mahasiswa-Mahasiswi Tanjungpinang yang menetap di kota Pekanbaru, dimana dalam organisasi tersebut saya ditempatkan pada posisi sekretaris bidang PSDM (Pemberdayaan Sumber Daya Manusia). Saya sangat bersyukur bisa bergabung di empat organisasi/himpunan Mahasiswa tersebut. Banyak hal yang saya dapat dan pelajari, sehingga peran saya sebagai mahasiswa lebih optimal—tidak hanya memperoleh ilmu dari dosen, namun juga dari pengalaman-pengalaman saya di lapangan. 

Seiring berjalannya waktu, hal yang saya impikan ketika saya resmi menyandang gelar ‘S.Sos’ setelah menamatkan kuliah kira-kira ± 3,8 tahun adalah menjadi Social Analytic ataupun Akademisi Sosiologi. Mengapa? Pertama, saya senang melihat fenomena-fenomena global yang sedang maupun sudah terjadi. Kedua, menurut saya Social Analytic dan akademisi merupakan sebuah profesi yang berimbang—kita memahami teori dan kita juga menguasai bagaimana praktiknya. Sehingga saat kita sharing ilmu kepada seseorang kita bisa menyampaikannya dengan lebih maksimal. Namun, di antara keduanya, menjadi akademisi merupakan pilihan yang paling utama. Saya ingin menjadi tenaga pendidik (dosen) sosiologi khususnya pada konsentrasi antropologi. Hal tersebut saya rasakan ketika di semester satu ini. Saya menemukan khasanah keilmuan yang menarik pada disiplin ilmu tersebut.
Keinginan saya menjadi tenaga pendidik tentunya tidak terlepas dari kondisi kampus tempat saya menimba ilmu. Pertama dari segi dosen. Saya terinspirasi dari salah seorang dosen di kampus saya yang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi dan cara mengajarnya yang tidak kaku, santai dan bisa membuat para Mahasiswa enjoy di ruang kelas. Hal tersebutlah yang mendorong saya untuk bisa seperti atau lebih baik dari beliau.

Kedua, jumlah dosen antropologi di Jurusan Sosiologi masih sangat minim. Bahkan pernah saya berbincang-bincang dengan dosen yang saya sebutkan diatas, Dosen yang bersangkutan pun juga mengeluhkan minimnya tenaga pendidik di bidang antropologi.
Nah, beberapa hal di ataslah yang membuat saya semangat dan yakin. Saya ingin berpartisipasi memajukan kualitas pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik nantinya. Saya ingin menanamkan konsep belajar mengajar yang lebih baik dari sekarang.
S2 merupakan syarat utama menjadi dosen. Hal inilah yang akan saya lakukan untuk menggapai cita-cita tersebut. Jurusan Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta, dikenal memiliki kualitas yang baik. Target saya adalah setelah lulus S1 (maksimal Oktober 2017) saya akan melanjutkan studi saya di jurusan dan universitas tersebut. Selambat-lambatnya awal tahun 2019 saya telah menamatkan Magister saya.

Sementara itu, langkah-langkah yang telah dan sedang saya lakukan untuk menjadi tenaga pendidik yakni mempersiapkan biaya untuk melanjutkan S2. Menurut informasi yang saya peroleh dari dosen yang pernah kuliah di UGM, biaya kuliah di sana per semesternya kira-kira Rp7juta, sehingga saya menargetkan biaya kuliah dan biaya terkait lainnya selama dua tahun sebesar Rp40juta. Saya menyadari biaya dari orang tua tidak bisa diharapkan seutuhnya karena masih ada abang dan adik-adik yang juga lebih membutuhkan biaya pendidikan. Oleh karena itu, sedikit demi sedikit biaya untuk kuliah S2 sedang saya tabung. Selain itu, informasi terkait dengan program pascasarjana S2 UGM  juga selalu saya kumpulkan, baik dari dosen maupun via internet.

Aktifitas dalam berorganisasi seperti yang saya sebutkan diatas juga sudah mulai saya lakukan sejak semester satu hingga saat ini. Serta berbagai persiapan dalam menambah pengalaman menjadi tenaga pendidik. Nah, pengalaman-pengalaman itulah yang saya jadikan bekal. Setidaknya pengalaman tersebut dapat saya share kepada para mahasiswa saya nantinya. Sehingga teori yang saya berikan memang berdasarkan pengalaman real saya saat di lapangan. Meski demikian, saya sadar pengalaman saya memang belum cukup. Namun, saya akan terus belajar dan berusaha.


Rabu, 16 Oktober 2013

Kosong


Buah pikir Aminati, @aimemoloy

Kosong tidak selalu harus diisi. Ini bukan sajak atau puisi. Hanya beberapa kalimat yang datangnya dari hati. Mungkin tidak memiliki arti, juga tidak menuntut untuk dimengerti karena ini bukan akuntansi. Ini juga bukan tentang percintaan karena ini tidak butuh pembuktian juga pemaknaan. Sekali lagi, ini hanya tentang kekosongan. Beberapa orang menyebutnya kesendirian. Terserah saja, tidak ada pengekangan pikiran, apapun pendapat orang dibebaskan. Lagipula ini hanya tulisan.
Kosong tidak untuk dijelaskan. Kosong hanya bisa dirasakan. Entahlah, tapi kadang rasanya memuakkan. Ingin dimuntahkan tapi malah tertelan. Membuat semuanya terasa menjijikkan sekaligus membosankan. Tapi kosong tidak bisa disalahkan, karena kosong tidak meminta untuk diciptakan. Kosong ada karena kepergian atau kehilangan atau kerinduan atau kenangan. Kenangan? Sialan.
Kosong kadang membuat jengah. Sama seperti pelajaran sejarah. Hanya saja kosong bukanlah pelajaran sekolah. Kosong tidak akan bisa disandingkan dengan “adalah”. Mungkin kosong harus dihadapi dengan pasrah. Percuma saja mengharap kosong untuk musnah, karena kosong tidak berwujud apalagi berdarah. Kosong ya kosong, begitulah.
Kau bilang kosong-ku ini datangnya dari masa lalu. Tapi kau tak punya bukti untuk itu. Kau hanya bicara tanpa berpikir dulu. Bukankah kau selalu begitu? Membuat persepsi sesuka hatimu. Seenak jidatmu. Memangnya apa jidatmu seenak itu, sampai kau tak pernah menghentikan kebiasaanmu? Tapi tenang saja, aku tak akan menyalahkanmu. Kosong ini milikku dan bukan ciptaanmu. Aku sedang berusaha menikmati dan yang harus kau lakukan adalah tidak mengganggu. Urus saja urusanmu. Atau sibukkan diri dengan wajahmu yang tak tampan itu. Kurasa itu lebih bermanfaat untukmu.
Yang harus kau tahu, aku memang menukar harapan dengan kekosongan. Aku lebih memilih mengosongkan kehidupan daripada mencemarinya dengan harapan. Itu agak berlebihan tapi lebih menyenangkan, ketimbang harus bersusah payah menanggung penderitaan. Aku muak menjadi budak perasaan. Aku harus lebih tegas, sudah bosan manut lantas menyiksa pikiran. Aku memang tidak sedang bergelimang kebahagiaan tapi setidaknya juga tidak hanyut dalam kesedihan. Seperti kataku, aku sedang menikmati kekosongan dan tidak mengharap gangguan.
Kosong tidak selalu harus diisi. Ini bukan sajak atau puisi. Hanya beberapa kalimat yang datangnya dari hati. Mungkin tidak memiliki arti, juga tidak menuntut untuk dimengerti karena ini bukan akuntansi. Ini juga bukan tentang percintaan karena ini tidak butuh pembuktian juga pemaknaan. Sekali lagi, ini hanya tentang kekosongan. Beberapa orang menyebutnya kesendirian. Terserah saja, tidak ada pengekangan pikiran, apapun pendapat orang dibebaskan. Lagipula ini hanya tulisan.
Kosong tidak untuk dijadikan teman. Kosong tidak pernah menuntut senyuman. Kosong juga tidak pernah menjanjikan kepergian, kecuali ada yang menggantikan. Ya, setidaknya kosong memiliki kesetiaan.
Kau, curilah sesuatu dari kekosongan.


Kamis, 15 Agustus 2013

Our Trip Journey to Mt. Lengkuas

Heeey, kembali lagi dengan saya. Author sekaligus pengelola blog ini.
Yap, di postingan kali ini aku bakal share pengalaman aku selama berada di kota kelahiranku, yaitu Tanjungpinang.

Berlibur ke Tanjungpinang memiliki kesenangan tersendiri. Rasanya kamu tidak akan pernah bosan karena di Tanjungpinang memiliki beberapa tempat wisata yang unik dan menarik untuk dikunjungi seperti di Pantai Trikora, Gunung Lengkuas, Gunung Bintan, Lagoi, daaan banyak lagi tempat wisata maupun tempat penginapan yang lain. Dan pada postingan kali ini, aku bakal nyeritain sedikit dari pengalamanku saat liburan dan berkunjung ke Gunung Lengkuas.

Dengan tingginya yang hanya sekitar 250 meter, Gunung Lengkuas sendiri lebih terlihat sebagai bukit ketimbang gunung. Gunung Lengkuas terletak antara daerah Kijang dan Tanjungpinang, Bintan Timur, Kepulauan Riau. Kalau kita dari arah Tanjung Pinang, begitu sampai di pertigaan sebelum masjid Nurul Huda kelurahan gunung lengkuas, beloklah ke kanan. Lurus sekitar 500 meter, kemudian jika kamu melihat plang bertuliskan Gang Wisata di kanan jalan, beloklah kiri di sebuah jalan tanah. Dari sini jarak ke air terjun tinggal sekitar 1 km.

Yaaa, itu tadi sedikit deskripsi tentang lokasi dari Gunung Lengkuas. Berhubung kami berkunjung kesana menggunakan kendaraan alias Sepeda motor yang tentu saja tidak bisa dibawa sampai ke air terjun, maka kami parkirkan saja di depan rumah kosong tak berpenghuni sebelum masuk ke kebun jeruk (jangan lupa dikunci stang ya :D ). Perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 800 meter, tidak terasa lamanya karena sepanjang perjalanan kami isi dengan obrolan ringan, tawa, dan celaan gurau. 

 ***

Singkat cerita, aku bersama temen-temen akhirnya sampai di sebuah air terjun. Sedikit kecewa sebenarnya. Lu bayangin aja kalau lu denger kata-kata air terjun pasti yang ada terpikir di benakmu yaitu air yang deras, curam, atau apalah itu.

Yap, air terjun yang kami temui waktu itu kebetulan pada saat debit airnya sedang sedikit. But, overall kami cukup terhibur deh dengan pengalaman mendaki gunung lengkuas ini. Airnya yang jernih mengalir menuruni bebatuan besar berbentuk seperti anak tangga setinggi kurang lebih 20 meter.

Gunung Lengkuas, Kepri

Sabtu, 10 Agustus 2013

Bukan Basa Basi

Heeeeyy!! ketemu lagi dengan saya. Author sekaligus pengelola blog ini
Waah, udah 2 hari nggak ngeposting, rasanya pengen banget cepet-cepet ngeposting lagi. Hahaha :D

Okeee, dalam sesi postingan ini, mungkin aku nggak bakal nyeritain blog aku yang udah nggak terurus lagi ya.

***

Perkenalan? Oh iyaa.. satu hal yang aku lupakan yaitu aku belum ngenalin diri ya?. nggak penting mungkin bagi lu lu pada. tapi sekedar formalitas yaa boleh lah :D



Okee, namaku Ricky Dwi Bintanio . kalau kamu searching di search engine atau mesin pencari lainnya, mungkin kamu cuma nemuin satu dan satu-satunya orang yang punya nama itu. Aku cukup senang diberi nama sedemikian rupa oleh kedua orang tuaku. Aku terlahir menjadi anak kedua dari empat bersaudara. Kelahiran Tanjungpinang, pada 3 oktober 1995.

Aku pernah mengenyam pendidikan di SDN 014 Binaan Bukit Bestari. Lalu pada bangku smp, aku mengenyam pendidikan di SMPN 4 Tanjungpinang, dan kemudian di bangku SMA, aku mengenyam pendidikan di SMAN1 Tanjungpinang.

Cita-citaku di masa kecil? hmm.. dulunya ketika aku menduduki kelas 1 sd, aku bercita-cita menjadi seorang guru ngaji, sebuah cita-cita yang bisa dibilang mulia bagi sebagian orang. Cita-citaku itu bertahan sampai akhirnya aku kelas 6 sd. Memasuki jaman-jamannya smp, masih belum jelas-jelasnya aku waktu itu. pada suatu waktu, ketika sesi perkenalan oleh wali kelas, aku cuma bisa ikut-ikutan temen --" ah parah. Cita-citaku waktu itu ingin menjadi seorang pesepak bola, dan pelawak.

Dan, ketika memasuki jamannya SMA, jamannya masih labil, cita-citaku kerap kali berubah. Aku sempat bercita-cita ingin menjadi akuntan, guru, menjadi seorang public relation, hingga akhirnya aku jatuh cinta pada pelajaran sosiologi dan aku putuskan untuk menjadi seorang SOSIOLOG

Jadi ceritanya waktu itu, aku masih kelas X, entah kenapa aku tertarik dengan pelajaran ini walaupun pada saat yang bersamaan kebanyakan orang di kelasku kurang meminatinya. Aku minat, tapi kurang serius hingga akhirnya rapor semester 1 ku untuk pelajaran sosiologi hanya bekisar angka 78. Dari situ tuh, aku musti buktiin bahwa apa yang kita minati akan berbuah manis ketika kita menyikapinya dengan serius. Dan ketika semester 2, alhamdulillah nilaiku meningkat. Ahahaha

Singkat cerita, pelajaran Sosiologi mendadak menjadi pelajaran kegemaran siswa-siswi ketika aku memasuki kelas XI. Aku nggak tau pastinya kenapa, cuma yang aku rasain ya emang begitu. Bahkan aku menjadi lebih tertarik lagi dengan pelajaran tersebut. Seorang guru dengan pembawaan dan metode pengajaran yang jauh berbeda dengan yang gue alami ketika masih di kelas X. Yap, bisa dibilang beliau mampu menaikkan pamor Sosiologi, dan berhasil mengubah mindset orang dari yang awalnya berfikir bahwa "sosiologi itu membosankan, menjadi sosiologi itu menyenangkan" Salute, dan dua jempol untuk beliau!

Yap, kembali nyeritain cita-citaku. Singkat cerita, akhirnya aku diterima di salah satu Perguruan Tinggi Negeri dengan jurusan Sosiologi. Aku memang bener-bener terpikat dengan Sosiologi. Dan sampai detik ini, aku sudah memantapkan diri aku untuk menjadi seorang lulusan sarjana sosiologi lalu bekerja sebagai Sosiolog, atau bisa berkerja di Instansi Pemerintah, social analist, ataupun konsultan.

"aku nggak mau hidup berglamor harta, rumah yang mewah, mobil keluaran terkini. aku hanya ingin hidup seperti awan. bebas, dan tenang ketika aku tua nanti. Aku mempunyai seorang istri dan mempunyai dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan, ketika tiba masa nya, aku bersama kedua orang tua pergi berangkat ke tanah mekkah untuk menunaikan ibadah haji, singkat ceritanya aku meninggal duluan, dan begitulah kehidupanku berlangsung. sayangnya tidak semudah itu."

Kamis, 08 Agustus 2013

Basa-basi?

JRENG JRENG JREEEENG!!

Yap, pertama saya mengucapkan terima kasih karna telah mengunjungi blog saya ini. hahaha! *loh . Yaa pokoknya makasih deh udah ngunjungin blog ini walau teman-teman hanya sekedar baca dan hanya sekedar iseng atau bosan atau apalah pokoknya makasih.

Saya juga bingung musti mulai dari mana. lah dari mana bagusnya? yaa bagusnya darimana aja deh

***

Okee, kalau bisa dibilang ini (bukan) pertama kalinya saya mengurus sebuah blog karna sebelumnya saya juga sudah pernah membuat blog *pamer dikit* , dan hasilnya nggak terurus. Bayangkan aja! itu blog.. terakhir diperbarui.. bulan September 2011!! Hampir 2 tahun setelah saya memposting postingan saya di blog ini. Bayangkan aja udah nyaris 2 tahun meeen!! Bukan waktu yang sebentar men, apalagi kalau kamu ngitungin tiap detiknya. *hening*

Okee.. Jadi suatu ketika aku buka lagi itu blog, udah penuh aja dengan sarang laba-laba, kecoa dimana-mana, bahkan gelandangan pada tiduran disana.


Ilustrasi 1
tuh kan? kamu udah liat kan betapa blog aku yang lama tuh nggak terurus..

***

Okee, masih lanjut nyeritain blog aku yang udah nggak terurus nih.. Jadi waktu terakhir aku buka, kira-kiraaa sekitar sejam yang lalu semenjak aku nulis postingan ini, aku ngerasa seperti seorang perantau yang baru pulang ke kampung halamannya yang langsung disamperin anak kecil dengan ekspresi seperti ini nih.


eh buset? lebay banget yak --" hahaha, ya harap dimaklumi aja.

Garing? It's okay lah, sebenernya dari tadi aku bingung aja mau bahas apaan di postingan pertama aku di blog ini. dan entah darimana ide itu muncul sampai akhirnya gue posting beginian.

*mikir keras* saking mikir kerasnya gue sampai nggak tau mau bahas apa lagi daan itu tandanya aku musti pamit nih, pamit ofline maksudnya :D

Untuk menutup postingan ini, ada baiknya jika saya menutupnya dengan sebuah quotes

“Kegagalan juga menyenangkan, hidup dengan kepercayaan bahwa cobaan itu berguna untuk menempa diri sendiri” -Jiraiya-